Puisi “Lukaku Mustahil Lekas Sembuh”: Suara Lembut Tentang Luka yang Tak Kunjung Pulih
Eplkotabaru.blogspot.com — Pulau Laut Timur. Penyair muda asal Kotabaru, Muhammad Ramadani, kembali menghadirkan karya yang menyentuh hati pembaca lewat puisinya berjudul “Lukaku Mustahil Lekas Sembuh.” Puisi ini menjadi bagian dari buku antologi "Luka Yang Tak Terucap" dalam Event Lomba Puisi Batch 2 Volume 3 tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Detak Pustaka dan Halo Penyair pada tanggal 20-27 September 2025 silam. Rabu, 12 November 2025.
Dalam puisi tersebut, Ramadani menggambarkan perasaan kehilangan dan luka batin yang tak mudah disembuhkan. Melalui diksi lembut namun kuat, ia menulis tentang rasa sakit yang tertinggal dari kenangan, bayangan yang tak pernah hilang, dan duka yang terus membekas meski waktu berjalan.
“Bayangan itu tak pernah hilang / Bak patah sekujur tulang / Batin Seakan Terkoyak / Kalbu ini seakan ingin teriak,” tulisnya membuka bait awal dengan nuansa getir yang dalam.
Puisi ini tidak hanya bercerita tentang kesedihan, namun juga menyiratkan keteguhan hati untuk bertahan di tengah luka yang tak kunjung pulih. Ramadani menulis dengan cara yang jujur dan sederhana, seolah menyalurkan pengalaman pribadi yang sarat emosi.
“Lukaku mustahil lekas sembuh / Terjebak dalam rasa sakit / Masih banyak tujuan menanti / Dari aku yang tersakiti,” lanjutnya dalam bait akhir, menegaskan paradoks antara harapan dan kepasrahan.
Penyair yang akrab disapa “Kak Dan” ini dikenal melalui akun media sosialnya @tulisansihitam, tempat ia sering membagikan karya bertema kesedihan, perjalanan batin, dan makna kehilangan. Ia lahir di Kotabaru pada 13 November 2000 dan mulai aktif menulis sejak duduk di bangku SMA.
Karya “Lukaku Mustahil Lekas Sembuh” menjadi potret perasaan yang universal — tentang luka yang tidak selalu harus disembuhkan, tetapi bisa diterima sebagai bagian dari perjalanan hidup. (Tim EPL Timur / M. Ramadani).
💔 Lukaku Mustahil Lekas Sembuh
Oleh: Muhammad Ramadani, (Kak Dan), @tulisansihitam_
Bayangan itu tak pernah hilang
Bak patah sekujur tulang
Batinku seakan terkoyak
Kalbu ini seakan ingin teriak
Terlalu sakit dirasakan
Terlalu keras tamparan keadaan
Rasanya hanya tersisa nyawa
Terus merenggut banyak tawa
Aku tak pernah membayangkan
Apalagi pernah menjadi angan
Keluarga yang aku dambakan
Luluh lantak oleh perpisahan
Duniaku bukan lagi berantakan
Tapi hancur berhamburan
Tak lagi ada hiasan senyuman
Hanya ada rintihan juga tangisan
Terus saja rasakan kepedihan
Ada luka yang terpaksa tertahan
Lebih sakit dari luka tikam
Seakan takdir terus membungkam
Hanya tinggal puing kenangan
Keluarga lengkap penuh kehangatan
Sirna sudah segala harapan
Miliki keluarga penuh kebahagiaan
Aku hanya bisa terus merasakan
Tanpa bisa menyalahkan
Hanya bisa bangkit dari keterpurukan
Walau hanya melangkah perlahan
Lukaku mustahil lekas sembuh
Tapi aku tak ingin terus rapuh
Terjebak dalam rasa sakit
Terseret tanpa bisa bangkit
Masih banyak tujuan menanti
Dari aku yang tersakiti
Untuk terus maju berjuang
Ambil peluang jadi pemenang
Karena bagiku perjalanan
Bukan sebuah perpisahan
Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru.
Sabtu, 20 September 2025.
Komentar